Hedonisme itu Sexy?
HEDONISME ITU SEXY?
Manusia dengan
intelektual dan intelegensi yang tinggi atau kebanyakan orang menyebut dengan
kaum mahasiswa adalah asset bangsa yang di gadang-gadang mampu menjawab
kesemrawutan yang terjadi di Negara Republik Indonesia tercinta ini.
Mahasiswa mempunyai 3 peran istimewa yaitu : Agent of Change, Social Control, dan Iron Stok, Sedikit kami perjelas disini bahwa sebagai Agent of Change ‘seharusnya’ mahasiswa tidak hanya menjadi penggagas perubahan, melainkan juga harus menjadi objek/pelaku dalam suatu perubahan tersebut .
Mahasiswa mempunyai 3 peran istimewa yaitu : Agent of Change, Social Control, dan Iron Stok, Sedikit kami perjelas disini bahwa sebagai Agent of Change ‘seharusnya’ mahasiswa tidak hanya menjadi penggagas perubahan, melainkan juga harus menjadi objek/pelaku dalam suatu perubahan tersebut .
Untag merupakan salah satu perguruan
tinggi yang mendapat mandat untuk
membentuk mahasiswa yang berintelektual dan berintelegensi yang tinggi,
berbagai program dari akademik sampai non akademik dapat dijumpai dengan
mudahnya, forum-forum atau komunitas-komunitas mahasiswa juga bisa ditakatakan
tak terhitung jumlahnya, namun….. bagaimana mahasiswa untag menyikapinya?
Himpunan Mahasiswa Administrasi
Publik Untag atau yang kerap disapa HIMANATA melalui divisi Litbang yang
berkerjasama dengan Pusat Kajian dan Pengembangan Administrasi (PKPA) melakukan
Poling sekaligus Diskursus dengan tujuan mengetahui sejauh mana peran mahasiswa
Fisip Untag sebagai Agent of Change .
Hasil poling 100 mahasiswa yang
disebar disekitaran wilayah Fisip Untag diperoleh hasil jumlah laki-laki
sebesar 54% dan perempuan 46%, poling ini disebar secara acak mulai dari
mahasiswa/I semester 1 hingga semester 7. Berisikan 4 pertanyaan yang kami
tawarkan kepada responden yakni ‘Apa pandangan hidup bagi anda ?’ sebagian
besar mahasiswa menjawab ‘Derajat ilmu sebagai pandangan hidup’ sebanyak 55%
dan 45% menjawab ‘Sejahtera ekonomi dan hidup sehat’ .
Pertanyaan kedua ‘Manakah dibawah ini yang menyenangkan menurut anda?’ dan
hasilnya mayoritas menjawab ‘Berhasil mengerjakan tugas kuliah’ sebesar 75% dan
sisanya 25% menjawab ‘Ide diterima di karangtaruna’ .
Pertanyaan ketiga ‘ manakah yang anda pilih ?’ dengan opsi ‘Menjadi sarjana tetapi harta sedikit’ dan ‘Kaya tetapi tidak sarjana’ dan diperoleh hasil bahwa mayoritas mahasiswa menjawab opsi yang pertama sebesar 62% dan sisanya pada opsi kedua.
Pertanyaan keempat ‘Manakah yang anda pilih? Menjadi artis atau menjadi dosen?’ Dan hasilnya 62% mahasiswa Fisip Untag Surabaya memilih menjadi dosen dari pada menjadi artis (sebesar 38%).
Pertanyaan ketiga ‘ manakah yang anda pilih ?’ dengan opsi ‘Menjadi sarjana tetapi harta sedikit’ dan ‘Kaya tetapi tidak sarjana’ dan diperoleh hasil bahwa mayoritas mahasiswa menjawab opsi yang pertama sebesar 62% dan sisanya pada opsi kedua.
Pertanyaan keempat ‘Manakah yang anda pilih? Menjadi artis atau menjadi dosen?’ Dan hasilnya 62% mahasiswa Fisip Untag Surabaya memilih menjadi dosen dari pada menjadi artis (sebesar 38%).
Dari hasil tadi maka tim
menyimpulkan saat ini kondisi Mahasiswa di Fisip Untag Surabaya masih ada dalam
keadaan ambigu antara kuliah yang hanya menjadi gaya trend atau gaya hidup yang
hanya dijadikan pelengkap saja dengan tuntutan untuk mendapatkan prestasi
akademik dan berorganisasi dalam menunjang sebagai Agent of Change
sesungguhnya. Ambiguitas terlihat dari jawaban yang diberikan oleh Mahasiswa
yang disatu sisi menjawab keilmuan ,tapi ketika pertanyaan lain maka mayoritas
jawaban mereka berbeda .
Malam
itu, Selasa 20 september 2016 dibawah rindangnya pohon beringin dan diterangi
sedikit lampu taman kampus kami duduk bersila melingkar seperti lambang
lingkaran, tak pernah putus, taka ada yang mendominasi karna tujuan kami sama
memperoleh ilmu dan wawasan. Gugup, gugup, dan gugup awalnya yang kami rasakan
saat digelarnya Diskursus yang perdana itu.
Mula-mula kami memulai diskursus itu hanya dengan segelintir peserta dengan didampingi dosen yang dapat kami sebut pendorong Generasi “Pelurus” Mahasiswa yakni bpk. Achluddin. Diskursus berjalan dan cukup menghibur dengan metode yang kami pakai yaitu Diskursus yang asik dan tidak kaku , diiringi lantunanmusik dari temen-temen camat band (Bandnya arek-arek Administrasi Public) menambah warna yang berbeda dari Diskursus lain.
Mula-mula kami memulai diskursus itu hanya dengan segelintir peserta dengan didampingi dosen yang dapat kami sebut pendorong Generasi “Pelurus” Mahasiswa yakni bpk. Achluddin. Diskursus berjalan dan cukup menghibur dengan metode yang kami pakai yaitu Diskursus yang asik dan tidak kaku , diiringi lantunanmusik dari temen-temen camat band (Bandnya arek-arek Administrasi Public) menambah warna yang berbeda dari Diskursus lain.
Semakin
malam peserta semakin bertambah, total sekitar 56 peserta hadir dalam diskursus
malam itu melukiskan senyum di wajah temen-temen pengurus sekaligus membuat
kami semakin semangat dan selalu ingin mencari tau akan hal-hal lain. Namun
sungguh disayangkan diantara 56 peserta hanya ada 5 sampai 6 peserta dari
Administrasi Public, padahal acara ini adalah hajat dari Mahasiswa Administrasi
Public sendiri, kami berharap dalam diskursus minggu selanjutnya partisipasi
dari temen-temen mahasiswa Administrasi Public lebih antusias dan kritis
seperti jargon kita! “Tetap Kritis dan Optimis!’’
Komentar
Posting Komentar